Awasi Limbah Medis, RSUD Kota Mataram Hadirkan siWalet

Petugas Instalasi Kesehatan Lingkungan memverifikasi berat limbah yang diinput di aplikasi siWalet dengan screen barcode pada aplikasi di TPS limbah (foto/RSUD Kota Mataram)

Mataram (Kilasntb.com) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram bersama Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) kini menghadirkan inovasi Digitalisasi Pengawasan Limbah Medis Terintegrasi (siWalet). Program digital ini dikembangkan dalam pengawasan limbah medis di rumah sakit setempat. Digitalisasi limbah medis ini dianggap sangat penting, karena mempengaruhi laporan data timbulan limbah medis yang dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan kepada pemerintah.

"Dampak yang terjadi apabila pelaporan data limbah medis tidak akuntabel akan menyebabkan perencanaan alat pengolah limbah medis (incinerator) tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan," kata Direktur RSUD Kota Mataram, dr. Hj. Eka Nurhayati saat dikonfirmasi Kilas NTB, Kamis (13/06/2024).

Menurutnya, pentingnya memahami manfaat teknologi kesehatan dalam meningkatkan kualitas kinerja pelayanan kesehatan khususnya pengelolaan limbah medis.

"Proses ini melibatkan perubahan yang signifikan dari sistem tradisional atau manual ke solusi yang lebih berbasis teknologi," terangnya.

Ia menerangkan bahwa limbah medis yang berasal dari rumah sakit, puskesmas, klinik, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dibedakan sesuai karakteristiknya, seperti limbah infeksius, benda tajam, patologis, bahan kimia kadaluarsa, tumpahan atau sisa kemasan, farmasi, sitotoksis dan lain sebagainya. Ia menyebut, limbah medis dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). 

"Dalam proses panjang penyusunan RPJMN Tahun 2020- 2024, limbah B3 menjadi salah satu isu yang ditetapkan dalam Daftar Proyek Prioritas Strategis atau Major Project RPJMN 2020-2024 sebagaimana tercantum pada Lampiran II Perpres Nomor 18 Tahun 2020," jelasnya.

Belum optimalnya pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan, kata dia dikarenakan jumlah dan kapasitas pengelola limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan masih terbatas dan tidak seimbang dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah medis sehingga limbah medis saat ini mengalami tantangan terkait monitoring dan pelaporan yang akuntabel dan real time. 

"Permasalahannya, tidak semua fasilitas pelayanan kesehatan melakukan pencatatan volume limbah medis secara digital, kegiatan pencatatan limbah medis masih dilakukan secara manual yaitu mencatat hasil penimbangan limbah medis ke dalam logbook limbah B3," tuturnya.

Selanjutnya logbook limbah B3 tersebut diolah menjadi neraca limbah B3 ke dalam bentuk excel.

"Tentunya kegiatan yang masih manual tersebut memerlukan waktu, konsentrasi dan proses panjang sehingga human error dalam pendataan limbah medis bisa saja terjadi, di samping itu pelacakan dan penghitungan data limbah medis lama dan sulit serta belum akurat," pungkasnya.

Ia menambahkan, dengan menghadirkan inovasi Digitalisasi Pengawasan Limbah Medis Terintegrasi (siWalet) yang merupakan platform digital berbasis situs web yang mampu memantau dan melacak perjalanan limbah medis real-time dari unit penghasil limbah sampai ke TPS limbah B3, mudah digunakan dan minim biaya. 

"siWalet terintegrasi dengan SiRaja Limbah sehingga mempercepat proses pelaporan limbah B3 ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," jelasnya.

Selain itu, siWalet menggunakan sarana pendukung yang sederhana berupa timbangan digital dan HP android sehingga si Walet sangat mudah digunakan dan direplikasi. 

"Jika penasaran bagaimana siWalet dapat melacak limbah medis secara real time? RSUD Kota Mataram terbuka bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang ingin melakukan kaji tiru dan replikasi untuk mewujudkan pengelolaan limbah yang lebih bertanggung jawab," tandasnya. (Red)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama