SMAN 4 Mataram Didampingi Perpusnas Kampanyekan Program Sepekan Satu Buku

SMAN 4 Mataram dan Perpusnas kampanyekan Program Sepekan Satu Buku (foto/Kilas NTB)

Mataram (Kilasntb.com) - SMAN 4 Mataram, kembali membuktikan eksistensinya menghidupkan perpustakaan sekolah melalui peningkatan literasi para pelajarnya, dengan program Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Bertajuk kampanye Program Sepekan Satu Buku, Kamis (31/10/2024).

Pada kegiatan ini, SMAN 4 Mataram mendapatkan pendampingan langsung dari tim Perpusnas. Pranata Komputer Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Robby Puji Anggriawan membeberkan, ada beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam program Gerakan Indonesia Membaca. 

Pertama membaca nyaring dengan para pesertanya terdiri dari para orang tua, pustakawan, dan guru untuk diimplementasikan di masing-masing ruang lingkup.

Kemudian program sepekan satu buku untuk pelajar SMP dan SMA. Pada kampanye program ini, para pelajar akan diajarkan materi tentang pengertian dan bagaimana menyusun resensi. Resensi yang dikirimkan melalui website perpusnas oleh pelajar akan dinilai dan dilombakan.

"Ini lebih ke kampanye, untuk membiasakan pelajar membaca. Paling tidak satu Minggu satu buku. Tapi ada tindaklanjutnya. Untuk mengevaluasi info dari buku dan kemas ulang informasi baik dalam bentuk tulisan maupun video. Kemudian kita berikan apresiasi," ujarnya.

Selain itu ada pula program sayembara Penulisan Daerah berbasis konten lokal dengan dua bahasa. Yakni bahasa Indonesia dan bahasa lokal daerah. Hal ini kata dia, sebagai bagian dari tingkat lanjut dari Gerakan Aksi Membaca. Jika tulisannya lolos, pihaknya akan menerbitkan.

Terpilihnya SMAN 4 Mataram dinilai aktif dalam melaksanakan gerakan Indonesia membaca, sehingga menjadi satu-satunya sekolah di Provinsi NTB, yang mendapat pendampingan Perpusnas. 

Sebaliknya, dalam program Perpusnas tidak menyentuh ke pemberian buku tambahan untuk perpustakaan sekolah, karena dikhawatirkan akan tumpang tindih dengan program yang sudah ada di sekolah. Salah satunya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Kabid Pembinaan Perpustakaan Provinsi NTB, H Supratman Muslim mengatakan, perpustakaan sekolah merupakan bagian dari perhatian dari Perpusnas. Bagi sekolah yang mendapatkan pendampingan Perpusnas, diharapkan dapat memotivasi sekolah-sekolah lainnya untuk kembali menghidupkan program literasi di perpustakaan sekolah.

Di sisi lain, lanjut Supratman, fasilitas serta sarana dan prasarana sekolah termasuk kebutuhan buku untuk perpustakaan sekolah,  sebagiannya diperoleh dari bantuan Dinas Dikbud Provinsi maupun Dinas Perpustakaan Provinsi NTB. Namun tidak semua sekolah tercover, mana yang menjadi skala prioritas.

"Karena jangkauan  keterbatasan. Karena keterbatasan itu, kita atur dalam program pemerintah pusat termasuk program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Supaya perpustakaan sekolah mampu bertransformasi," terangnya.

Ia kembali menegaskan bahwa Gerakan Indonesia Membaca ini juga sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam rangka memberikan kontribusi terhadap Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Lemah Membaca (IPLM) , khususnya di NTB yang saat ini memprihatinkan. Khususnya di ruang lingkup pendidikan.

"Tentunya sesuai dengan tupoksi kami, program pembelajaran literasi. Pembelajaran itu Dikbud. Terkait dimana kita masuk,  Kami di literasi. Karena IPLM kita juga dilihat dari situ juga," terangnya.

Kepala SMAN 4 Mataram, Drs.Jauhari Khalid, M.Pd mengungkapkan, pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah tersebut tergolong sukses dan sampai saat ini berjalan masih sangat bagus. Ini dinilai dari sejumlah keberhasilan yang telah dicapai. 

Salah satunya, penghargaan penerbit Nyalanesia sebagai sekolah terupdate literasi tahun 2021 serta pihaknya juga mendapatkan perhargaan sebagai sekolah Inovatif tahun 2024.

"Ini muaranya dari hasil literasi anak-anak kita," ujarnya.

Disebutkan dia, Ada beberapa jenis Program Literasi yang dilaksanakan SMAN 4 Mataram. Antara lain, membaca selama 30 menit sebelum jam belajar pertama. Kemudian membaca ceria, lomba menulis puisi serta cerita pendek (Cerpen), kegiatan workshop literasi dan penambahan buku perpustakaan sekolah.

Di sisi lain, untuk buku fiksi, pihaknya hanya bisa menganggarkan sebesar 5 persen sampai 7 persen dari dana BOS. Untuk mengantisipasi kendala tersebut, pihak sekolah kemudian menugaskan siswanya untuk mencari buku di luar perpustakaan sekolah atau meminjam dari rekan-rekannya.

"Karena sekolah memiliki kewajiban melalui programnya berupa satu buku satu siswa. Kendalanya selain harga buku yang terbilang mahal, dan jumlah siswa yang sangat besar," jelasnya. (Sfr)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama