![]() |
(Foto/cabai) |
Mataram (Kilasntb.com) - Tiga hari pertama Ramadhan harga cabe mengalami lonjakan yang signifikan, yakni mencapai Rp 200.000 per kilogram, sebelumnya di awal tahun 2025, harga cabai di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengungkapkan, kondisi cuaca ekstrem menyebabkan tanaman cabai rusak, sehingga stok menjadi terbatas di tingkat petani dan distributor. Ia juga menekankan pentingnya pembinaan petani cabai untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi cabai di wilayah tersebut.
"Kami berharap agar pemerintah memiliki petani binaan cabe agar langkah ini diharapkan dapat menstabilkan harga cabai yang sering mengalami fluktuasi akibat faktor cuaca dan ketersediaan stok," ujarnya saat dikonfirmasi media, (Senin, 3/3).
Kenaikan harga ini turut mempengaruhi harga cabai kering yang kini juga dijual di kisaran harga yang sama.
"Sekarang harganya Rp 200 ribu per kilogram, kemarin masih Rp 120 ribu. Ini karena pasokan dari petani berkurang, mereka sedang menanam padi. Selain itu, pasokan dari luar daerah juga sedikit," ujar Suri salah satu pedagang cabe di Pasar Bertais Mataram.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Baiq Nelly mengusulkan pembentukan kelompok petani binaan yang fokus pada budidaya cabai organik. Selain memenuhi permintaan pasar lokal, produksi cabai organik juga diminati oleh konsumen luar negeri, seperti Jepang, yang menginginkan produk berkualitas tinggi tanpa penggunaan pestisida dan bahan kimia.
Pemerintah Provinsi NTB juga mendorong pemerintah kabupaten dan kota untuk mengadakan Gerakan Pasar Murah (GPM) di lingkungan rumah tangga. Langkah ini bertujuan agar produk cabai dapat langsung sampai ke masyarakat tanpa melalui pasar tradisional, sehingga harga dapat lebih terjangkau.
Dengan adanya pembinaan petani cabai dan upaya kolaboratif antara pemerintah daerah dan petani, diharapkan produksi cabai di NTB dapat meningkat, harga menjadi stabil, dan kesejahteraan petani pun terangkat. (Fit)