![]() |
Fasilitas untuk sterilisasi sebelum masuk ruang tindakan operasi Bayi Tabung RSUD H. Moh. Ruslan Kota Mataram menggunakan serba sensor (foto/Lombok Post) |
Mataram (Kilasntb.com) - RSUD H. Moh. Ruslan Kota Mataram yang dipimpin oleh dr. Hj. NK Eka Nurhayati, Sp.O.G., Subsp.F.E.R., M.Kes., M.Sc, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas. Ia adalah satu dari dua dokter konsultan fertilitas bersertifikat di Nusa Tenggara Barat.
Dalam edukasinya, sebelum masuk ke ruangan dingin, hening dan terkontrol itu, siapapun yang masuk harus steril total. Tidak lupa, mengenakan satu set APD steril seperti, baju operasi, masker medis, penutup kepala, hingga sandal khusus.
Di ruangan tersebut, tempat semua dimulai, dari pengambilan sel telur dari tubuh sang ibu, kemudian sperma dipersiapkan dari sang ayah. "Kehidupan baru diciptakan dalam tabung, bukan dalam rahim," ucapnya, Jumat (11/07).
Sebelum tindakan petik telur dilakukan, pasien perempuan lebih dulu dipersiapkan secara medis. Mulai dari, memeriksa kesehatan secara umum, kemudian analisis sistem reproduksi, dan setelah itu baru diberikan obat-obatan stimulasi hormon.
"Obat ini fungsinya untuk merangsang pembentukan dan pematangan sel telur. Dosis dan waktunya kita sesuaikan dengan respons tubuh masing-masing pasien," jelasnya.
Begitu sel telur terlihat matang dan jumlahnya cukup, barulah dijadwalkan tindakan petik telur. "Prosedurnya dilakukan langsung di ruang ini," kata dr. Eka sambil menunjuk meja operasi yang dilengkapi teknologi canggih.
Selagi istri menjalani rangkaian stimulasi, suami juga dipersiapkan. Dokter memastikan kualitas spermanya layak untuk program bayi tabung. "Jika ditemukan kelainan, akan ada penanganan lanjutan," ujarnya.
Setelah proses petik telur selesai, suami kemudian mengeluarkan sperma di ruangan terpisah. Tapi sperma tersebut tidak langsung digunakan begitu saja. Sperma yang telah diambil akan melalui proses yang disebut preparasi, yakni seleksi ketat untuk memilih sperma terbaik: paling sehat, paling aktif, dan paling layak untuk membuahi.
“Setelah itu, kita tunggu sekitar 4–5 jam, barulah, sperma dan sel telur dikawinkan di laboratorium,” kata dr. Eka.
Proses ini dikenal sebagai fertilisasi in vitro (IVF). “Setelah dibuahi, kita pantau perkembangannya. Kalau berhasil, embrio akan terlihat. Dan dari sinilah harapan baru itu benar-benar mulai tumbuh,” terangnya.
Lebih detail lagi dengan ruangan tindakan itu, terdapat lampu operasi HEISZ menggantung kokoh tepat di atas meja prosedur. Lampu ini bukan sekadar penerang.
Lampu dirancang menghasilkan cahaya kuat yang bebas bayangan. “Cahayanya bisa diarahkan ke atas, bawah, dan samping. Intensitasnya pun bisa disesuaikan. Jadi tidak mengganggu visibilitas kami saat bekerja,” terangnya.
Lampu ini bekerja bersama meja operasi elektrik, mesin anestesi, dan sistem suhu serta tekanan ruang yang terkontrol. Semua elemen itu menjadi satu ekosistem steril yang saling mendukung demi kelancaran tindakan.
Sterilitas ruangan bukan hanya dari APD dan sensor otomatis. RS Ruslan, menerapkan central air system, yaitu sistem sirkulasi udara, suhu, dan kelembapan yang dikontrol otomatis. Ditambah lagi, ruang embriologi telah lulus sertifikasi ISO 5.
Partikel udara di ruang ini telah teruji. “ISO 5 itu sudah level tertinggi. Artinya, udara di sini sangat minim partikel, sangat steril,” jelas dr. Eka.
“Kami ingin memperluas jangkauan layanan. Karena bagi banyak pasangan, ini bukan sekadar prosedur, tapi harapan yang ditunggu bertahun-tahun,” katanya.
Jadi, kehidupan tidak selalu dimulai dari pelukan hangat di rumah. Ia bisa dimulai di bawah cahaya lampu bedah, di ruang sunyi yang hening, dengan udara bertekanan stabil, di tangan-tangan yang bekerja dengan ilmu dan ketekunan.
“Tugas kami menjaga agar harapan itu tumbuh menjadi kehidupan,” pungkasnya. (Fd)