Surabaya Diterjang Badai Hujan Es, Ini Penyebabnya
Surabaya (Kilasntb.com) - Badai menerjang Kota Surabaya pada Senin siang sekitar pukul 13.00 WIB, 21 Februari 2022.
Sejumlah pohon tumbang merusak kenadraan yang terpakir di jalanan. Hampir sebagian besar wilayah di Subaraya diterjang angin kencang.
Bersamaan dengan angin kencang, hujan es yang berukuran bulatan kelereng sampai bongkahan lebih besar lagi, juga menghantam Ibukota Provinsi Jawa Timur tersebut.
Tidak ada korban jiwa dalam fenomema alam ekstrim di Kota Pahlawan tersebut. Namun sejumlah pohon tumbang menimpa kendaraan yang terparkir.
Kerusakan juga terjadi pada bangunan-bangunan bertingkat berupa kaca yang pecah. Dari belasan video yang beredar di berbagai grup WhatsApp (WA), terlihat kengerian saat badai menerjang Subaraya.
Dalam salah satu video, terlihat dari dalam gedung bertingkat, angin sangat kencang menghempas dengan sangat kuat.
Terlihat jalan raya yang tertutup gerakan air tersapu angin. Sejumlah pohon tumbang terbawa hempasan angin.
Warga terlihat dicekam kepanikan. Mereka yang terjebak di tengah hempasan angin, langsung berlarian menuju gedung bertingkat.
Informasi dari BPBD Kota Subaraya, badai berisi angin kencang dan hujan es melanda sedikitnya 26 titik di pusat Kota Subaraya.
Badai tadi baru mereda memasuki pukul 15.30 WIB. Warga Surabaya baru berani keluar setelah memastikan hujan reda.
Terlihat areal perkotaan seperti pusat perbelanjaan porak-poranda karena ada sejumlah billboard dan papan reklame yang tumbang tak kuat menahan angin, termasuk kaca-kaca pecah dari bangunan bertingkat.
Prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Setiawan menjelaskan, hujan es dan angin kencang menjadi pertanda Surabaya memasuki masa pancaroba dari musim hujan ke kemarau.
Dari laporan BMKG, selain Kota Surabaya, daerah Ngajuk juga mengalami fenomena cuaca ekstrim yang sama, hujan lebat, disertai hujan es dan angin kencang.
"Ini pertanda kita memasuki pancaroba dari musim hujan ke kemarau," tutur Setiawan.
Fenomena angin kencang dan hujan es, diakibatkan perbedaan suhu di atas bumi dan di permukaan bumi.
Di atas bumi, terdapat gumpalan awan pekat Cumulonimbus (CB) yang suhunya mencapai di bawah 80 derajat.
Suhu tersebut sebenarnya menghasilkan bongkahan es. Hanya saja, saat bersentuhan dengan suhu bumi yang panas, terjadi perbedaan suhu.
"Ini menyebabkan terjadi perbedaan tekanan. Makanya angin menjadi sangat kencang. Lalu gumpalan air yang berupa bongkahan es jatuh berupa hujan es karena ada perbedaan suhu," tutur Setiawan.
Jika tidak ada perbedaan suhu mencolok antara atmosfir di atas bumi dan di permukaan bumi, hujan es tidak akan terbentuk, begitu juga dengan angin kencang.(red)
Komentar
Posting Komentar