![]() |
Tanaman sayuran dan mentimun tumbuh subur di lahan Sarana Asimasu dan Edukasi (SAE) Rutan Raba (foto/istimewa) |
Bima (KilasNTB.com) – Di balik tembok tinggi Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Raba, kehidupan terus berdenyut. Di lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) seluas 5.290 meter persegi, hamparan tanaman sayuran dan mentimun tumbuh subur, buah tangan para warga binaan yang menanam bukan hanya benih, tetapi juga harapan.
Di bawah terik matahari, beberapa warga binaan tampak memetik mentimun yang bergelantungan di pohonnya. Bagi mereka, setiap tunas yang muncul menjadi lambang perubahan—dari keterbatasan menuju kemandirian.
![]() |
Pengolahan lahan SAE oleh warga binaan Rutan Raba (foto/istimewa) |
Kepala Rutan Raba, Tajudinur, mengatakan kegiatan bercocok tanam merupakan bagian dari pembinaan berbasis keterampilan hidup yang diterapkan di lingkungan Rutan.
“Kami ingin mereka punya bekal ketika kembali ke masyarakat. Bertani adalah keterampilan hidup yang bisa menjadi jalan penghidupan,” ujar Tajudinur, Selasa (21/10/2025).
Hasil panen sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur Rutan, sementara sisanya dijual ke pasar sekitar. Pendapatan dari penjualan kemudian dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan pembinaan serta kesejahteraan warga binaan.
![]() |
(Foto/istimewa) |
Menurut Tajudinur, program ini akan terus dikembangkan dengan penanaman cabai dan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi lainnya. Selain memperkuat ketahanan pangan, kegiatan ini juga menjadi upaya konkret pemasyarakatan dalam memulihkan martabat manusia.
Program pembinaan produktif tersebut sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia yang diimplementasikan melalui program akselerasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan. Upaya ini diharapkan dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia unggul, produktif, dan berdaya saing, sekaligus mendukung transformasi ekonomi yang inklusif melalui pemberdayaan masyarakat.
![]() |
Tanaman terung du Lahan SAE Rutan Raba |
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bagian dari mandat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) untuk menghadirkan sistem pembinaan yang humanis, adaptif, dan berorientasi pada reintegrasi sosial.
“Di balik jeruji ini, kami ingin membuktikan bahwa masih ada kehidupan dan harapan yang bisa tumbuh,” kata Tajudinur.
Sesuai dengan slogan “Pemasyarakatan Pasti Bermanfaat untuk Masyarakat,” hasil kerja para warga binaan diharapkan tidak hanya membawa manfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar. (Fi)