![]() |
| Peluncurkan logo resmi Hari Ulang Tahun ke-67 NTB (foto/istimewa) |
Mataram (Kilasntb.com) – Komandan Korem 162/Wira Bhakti Brigjen TNI Moch. Sjasul Arief menegaskan kesiapannya memperkuat operasi penanggulangan bencana di Nusa Tenggara Barat. Penegasan itu disampaikan saat ia mendampingi Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, dalam Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Bencana di Lapangan Bumi Gora, Jumat (28/11).
Apel yang mengerahkan 450 personel gabungan ini menjadi ajang uji koordinasi dan kesiapan antarlembaga. Brigjen Sjasul Arief menekankan bahwa pelibatan TNI bukan sebatas formalitas, melainkan bagian dari penguatan sistem komando terpadu menghadapi ancaman gempa, banjir, hingga longsor yang kerap terjadi di NTB.
“Ini bukan acara seremonial. Ini kesempatan untuk menilai apakah koordinasi lintas sektor benar-benar bekerja,” kata Arief.
Pernyataan sang Danrem juga menggarisbawahi urgensi kecepatan respons. Menurut dia, pola penanganan bencana belakangan menuntut integrasi antara militer, pemerintah daerah, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat sipil.
“Kesiapsiagaan tidak boleh parsial. Semua unsur harus bergerak dalam satu komando mitigasi,” ujarnya.
Gubernur NTB Iqbal, yang bertindak sebagai inspektur upacara, menyoroti posisi NTB sebagai wilayah rawan karena berada di jalur cincin api. Ia menyebut bahwa kesiapan teknologi dan kapasitas sumber daya manusia kini menjadi penentu utama mitigasi.
“Keberhasilan mitigasi bukan sekadar soal armada dan personel. Ini tentang kecepatan deteksi, ketepatan informasi, dan semangat gotong royong,” kata Iqbal.
Selain jajaran TNI dan Polri, pasukan gabungan berasal dari BPBD, PMI, relawan, dan berbagai komunitas kebencanaan. Kehadiran unsur legislatif, aparat penegak hukum, dan institusi vertikal menegaskan bahwa mitigasi bencana merupakan kerja kolektif seluruh pemangku kepentingan.
Dalam rangkaian acara itu, Pemerintah Provinsi juga meluncurkan logo resmi Hari Ulang Tahun ke-67 NTB. Peluncuran simbol identitas daerah itu disebut sebagai penanda optimisme pembangunan di tengah dinamika ancaman bencana. Menjadi sebuah pesan tentang kesiapan NTB menghadapi kemungkinan terburuk, sekaligus komitmen pemerintah daerah memperkuat sistem mitigasi berbasis kolaborasi. (Fd)
