![]() |
| Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata (foto/istimewa) |
Lombok Tengah (Kilasntb.com) — Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Kamis (9/10/2025), disambut antusias warga. Akses pasar yang jauh membuat kehadiran GPM menjadi solusi murah dan cepat untuk mendapatkan kebutuhan pokok.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Dr. H. Aidy Furqon, M.Pd, mengatakan Desa Bilebante sengaja dipilih karena lokasinya yang memerlukan dukungan distribusi pangan. Selain stabilisasi harga dan pasokan, GPM juga digelar bertepatan dengan momentum Hari Pangan Sedunia. “Pemprov perlu terus mengenalkan program ini kepada masyarakat,” ujarnya.
Melalui penguatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), pemerintah provinsi berharap distribusi pangan dapat lebih efisien sehingga harga menjadi lebih terjangkau. Dengan rantai pasok yang lebih pendek, warga desa dapat memperoleh kebutuhan pokok tanpa harus bepergian jauh ke pasar terbesar di Kediri atau Pringgarata.
Kepala Desa Bilebante, Asrok Mudaliun, menjelaskan mayoritas warga biasanya bergantung pada pedagang bakulan keliling dan warung kecil untuk memenuhi kebutuhan harian. Sementara sayur-mayur tetap murah karena banyak warga yang bertani dan berkebun. “Kalau sayur dan bumbu masih aman, karena warga banyak yang bercocok tanam,” katanya.
Pemerintah desa juga merencanakan revitalisasi Bumdes dengan dukungan anggaran 20 persen dari pemerintah pusat untuk ketahanan pangan nasional. Opsi kerja sama dengan Koperasi Merah Putih turut dibahas, termasuk penyiapan SDM yang akan mengelola unit bisnis pangan. Salah satu rencana konkret ialah menggelontorkan Rp 250 juta dari Dana Desa untuk membuka kios pangan bekerja sama dengan Bulog dan distributor besar.
Kehadiran GPM perdana di desa ini langsung dimanfaatkan warga. Inaq Yunep (56), pemilik warung makan, membeli cabai merah, bawang putih, dan bawang merah untuk kebutuhan beberapa hari. Sementara Bu Atun (46), seorang guru, membawa pulang beras, minyak goreng, dan telur dalam jumlah lebih besar karena selisih harga yang signifikan.
Pedagang buah lokal, Muhsin, juga turut membuka lapak di lokasi GPM. Ia mengaku tetap memperoleh keuntungan meski menjual lebih murah dari harga pasar. “Masih untung seribu rupiah di GPM. Kalau jualan keliling bisa untung sampai tiga ribu per kilo,” ujarnya.
Dengan antrean warga yang terus berdatangan, gelaran GPM di Bilebante menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pangan murah dan akses distribusi yang lebih dekat. Warga pun tampak puas karena bisa berbelanja dengan harga terjangkau dan stok barang yang cukup. (Fd)
