Suami Orang

(Foto hanya pemanis/Sofie.doc)

Cerpen Kilas
, Zaman sekarang, mencari pria idaman yang benar-benar high quality dan jomblo itu seperti mencari promo Buy 1 Get 1 di restoran mewah tanpa syarat dan ketentuan, nggak ada, Bos. Yang ada syaratnya panjang kayak skripsi.

Pria single atau duda?

Iya ada… tapi biasanya finansial masih megap-megap, napas dompet tinggal 3%. Jangankan menopang gaya hidup perempuan sekelas Feby,,, menopang kuota internet sendiri aja masih pakai Wi-Fi tetangga.

Sedangkan yang mapan, wangi, pintar bicara, dan rasa-rasanya bisa diajak naik pesawat tanpa promo?

Sudah laku.

Sudah ada pemilik.

Sudah bertuan.

Alias suami orang… spesies yang entah kenapa selalu tampil premium di mata perempuan yang sedang lelah hidup.

Wajar sih, suami orang biasanya sudah terlatih, tau cara atur waktu, tau cara bikin perempuan senang, tau parfum mana yang bikin degupan jantung nambah, dan sudah melalui training intensif bertahun-tahun oleh istri di rumah. Output-nya? Ready stock! Tapi bukan untuk dijual.

Buat Feby, suami orang itu sama dengan makanan haram.

Dicium aromanya boleh, ditelan dosa.

Sore itu, Feby ikut diskusi kecil, kegiatan intelektual biar hidupnya nggak cuma berisi chat basi dari laki-laki “mau kenalan, Mbak”. Dia datang dengan vibe “aku cantik, tapi otakku jalan”.

Penampilannya effortless elegan, yang kalau perempuan lain coba tiru, hasilnya cuma bikin mirip sales kosmetik.

Rambut cokelat moka, tubuh proporsional, senyum manis dengan lesung pipi, jenis senyum yang bisa menghentikan perang… atau memulai yang baru.

Ketika semua orang pesan makanan kayak lagi audisi “Siapa Paling Bisa Habiskan Anggaran?”, Feby cuma pesan kopi.

“Aku ngopi aja ya. Nggak makan,” katanya.

Kalimat perempuan independen yang artinya:

“Gue bukan golongan numpang makan gratis.”

Belum lima menit, dia sudah ngecek target.

Ada satu pria, cool, rapi, gaya humas (bukan humas abal-abal).

Tangan kosong tanpa cincin.

Status: Aman. Bebas gluten dan bebas istri.

Katanya.

Obrolan mengalir, chemistry nyetrum, dan malamnya Feby dapat pesan.


“Eh, ada yang suka sama kamu. Serius. Orang baik.” Kata Iyan.

Dalam hati Feby langsung pasang alarm.

Tuhan, tolong kali ini jangan model yang punya istri. Aku capek jadi magnet bapak-bapak wangi.

Tapi dia mengiyakan ketika diminta izin kasih nomor.

Beberapa menit kemudian…

Wiska muncul di WhatsApp.

Halo, kenalan, basa-basi, lalu deep talk seperti dua orang yang sudah pernah ketemu di kehidupan sebelumnya.

Teleponan sampai berjam-jam.

Feby mulai nyaman.

Dan perempuan yang mulai nyaman itu berbahaya… karena itu gerbang jatuh.

Sampai suatu malam.

Latar telepon, suara anak-anak.

Bukan suara anak tetangga, ini suara anak yang punya ayah.

Feby: “Itu anak siapa?”

Wiska: “Anak saya.”

Jawabannya tuh enteng banget, padahal baru saja menghempaskan hati orang.

Feby: “Ibunya?”

Wiska: “Di dalam.”

Duar.

Seperti malaikat Jibril turun, tapi bukan bawa wahyu, bawa tamparan realita.

Feby memutus telepon dengan alasan makan.

Padahal pengen muntah.

Suami orang.

Lagi.

Apa dosa Feby di kehidupan lalu, nyolong sandal suami orang di masjid?

Kemarahannya ke Iyan tidak pakai filter.

“Gila ya kamu, Yan?! Kamu pikir aku penampungan suami orang? Aku anti barang bertuan!”

Iyan minta maaf.

Katanya Wiska jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ya iya jelas jatuh, Feby itu limited edition.

Tapi tetap saja, jatuhnya di tempat terlarang.

Malam itu Feby menangis.

Sebenernya bukan karena cinta, lebih ke “kok sialku konsisten banget sih?”

Subuh-subuh, Wiska kirim pesan mellow ala suami bosan rumah tangga.

“Aku suka kamu. Kamu adalah sesuatu yang sudah lama aku cari.”

Ya jelas cari, istri di rumah mungkin lagi sibuk nyari struk belanja, bukan nyari romantika.

Feby bimbang.

Otaknya, “BLOCK.”

Hatinya “tapi dia wangi…”

Dan di usia dewasa, kita sadar, teori teguh, praktik goyah.

Akhirnya dia cuma balas.

“Wiska… seandainya kamu bukan suami orang…”

Yang kalau diterjemahkan bahasa jujur.

“Aku juga suka, bangsat, tapi masih punya harga diri.”

Lalu diam.

Senyap.

Hening macam after credit film yang bikin penonton bengong.

Apakah selesai?

Atau jadi season 2?

Perempuan dan suami orang itu seperti aplikasi yang sudah di-uninstall tapi masih login otomatis.

Entah.

Hanya mereka berdua (dan mungkin Tuhan yang geleng-geleng) yang tahu. (F)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama